Monday, October 10, 2011

RESITAL PIANO TEGUH SUKARYO, SSO

Resital Piano: Teguh Sukaryo 30 September 2011, Surabaya Symphony Orchestra
Posted on October 4, 2011 by aroundsurabaya
Melanjutkan tulisan saya sebelumnya, kali ini saya menghadiri resital piano oleh Teguh Sukaryo, yang diadakan di tempat yang sama sebelumnya, aula Surabaya Symphony Orchestra (SSO). Resital ini merupakan resital Teguh Sukaryo yang ke-2 bagi saya, karena sebelumnya saya pernah menghadiri resital beliau sebelumnya sekitar awal tahun 2011 dan tanpa pikir panjang saya langsung beli tiket resital seharga Rp 25.000,- ketika mengetahuinya.

Pak Teguh Sukaryo, merupakan orang yang murah senyum. Sesaat sebelum resital dimulai, saya harus kembali ke pintu masuk karena ketika duduk saya baru sadar undangan yang saya bawa diminta oleh staff, padahal di situ tertulis setlist lagu yang akan dimainkan. Dan pada saat saya kembali ke belakang, saya berpapasan dengan beliau yang rupanya datang tergesa – gesa. Sepertinya dia hampir terlambat karena pada saat itu sudah pukul 7 lewat sedangkan kata sambutan dimulai tepat pukul 7 malam. Melihat kejadian itu, pembukaan resital membuat saya tersenyum, dan saya senang karena penutupan resital pun membuat saya tersenyum kembali malam itu.

Sebelum dimulai, beliau mengatakan bahwa urutan lagu yang dimainkan akan sedikit berubah dan tidak semua lagu yang ditulis di setlist akan dimainkan. Sedikit kecewa sih, mengingat saya sangat senang saat pertama kali membaca setlist yang akan dimainkan, dan kira – kira hampir separuhnya saya tahu! Biasanya, pada saat menghadiri resital maupun konser akbar pun hanya 1-2 lagu saja yang saya tahu. Maklum, saya kalau mendengarkan lagu klasik tidak pernah memperhatikan judulnya karena jujur saja saya bagaimana menghafalkan tulisan sepanjang itu? Ditambah dengan angka – angka dan istilah musik yang mengucapkannya saja susah.

Saat resital berlangsung, permainan Teguh Sukaryo membuat saya bertepuk tangan dengan berbagai macam ekspresi. Karena ada banyak lagu yang dimainkan dan setiap lagu mengundang emosi yang berbeda – beda, membuat saya kagum dengan beliau yang juga menumpahkan seluruh emosinya pada saat bermain. Misalnya, pada saat beliau memainkan nada – nada Maiden’s Prayer (Badarzewska) yang lembut, beliau ikut tersenyum seakan – akan ada malaikat yang terbang di sekelilingnya. Tidak hanya beliau sendiri, tapi penonton pun dibuat tersenyum oleh lincahnya nada Rondo alla Turca (Mozart). Mungkin selain lagu ini familiar (karena sering digunakan untuk iklan di TV), irama lagunya memang sangat ceria dan menyenangkan. Komposisi terakhir yang dimainkan; La Campanella (Liszt), merupakan pilihan yang tepat untuk lagu terakhir karena mengandung emosi yang cukup kuat terutama pada bagian akhir yang membuat penonton terkesima. Saya sendiri sempat deg-degan saat beliau mengatakan akan memainkan komposisi terakhir. Sejujurnya masih ada beberapa lagu favorit saya yang belum dimainkan, dan jantung saya berdegup semakin kencang menunggu keputusan beliau apa di antara lagu favorit saya akan dimainkan. Dan ketika La Campanella disebutkan, saya sangat lega karena ini merupakan lagu yang belum pernah saya dengar secara live. Dan saya benar – benar puas memiliki kesempatan untuk mendengar lagu itu secara live.

Oh iya, di tengah – tengah resital beliau juga memainkan sebuah komposisi karya Jaya Suprana berjudul Fragmen. Satu komentar saya mengenai lagu ini, endless melody. Nada – nada cantik tiada henti membuat saya benar – benar jatuh cinta dengan karya Pak Jaya Suprana ini. Karena sudah 2 kali ini saya mendengar karya beliau, kemarin akhirnya saya membeli 2 CD solo Jaya Suprana yang berjudul Nokturno Nusantara dan Tafakur. Ternyata, beliau banyak mengubah lagu – lagu daerah menjadi komposisi piano klasik. Menurut saya, karya – karya beliau merupakan suatu hal yang patut dibanggakan karena selain melestarikan lagu – lagu daerah Indonesia, beliau juga mengangkat citra musik klasik di tanah air. Berikut merupakan video contoh permainan Fragmen yang saya copy dari Youtube:

http://www.youtube.com/watch?v=6EhTzzJIeHw

Sebelum mengakhiri blog, berikut saya tulis setlist lagu – lagu yang dimainkan. Oleh karena setlist berubah pada detik – detik terakhir, saya tulis saja lagu – lagu yang saya ingat dimainkan pada malam itu. Karena memori terbatas, tidak ditulis sesuai urutan:

Rachmaninoff – Prelude in c sharp minor, Prelude in G Major

Grieg – Puck, Melody in a Minor Op. 47 no. 3

Mozart – Rondo alla Turca

Tchaikovsky - Barcarolle

Chopin – Fantasie Impromptu

Schumann – Traumerei

Badarzewska – Maiden’s Prayer

Jaya Suprana – Fragmen

Lizst – Liebestraume no. 3, La Campanella

Monday, October 3, 2011

RESITAL PIANO TEGUH SUKARYO ( TAMAN ISMAIL MARZUKI )


GREATEST HITS – RESITAL PIANO TEGUH SUKARYO ( TAMAN ISMAIL MARZUKI )

Teguh Sukaryo menggelar resital piano pada Jumat 23 September 2011 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta.Resital ini terselenggara sebagai agenda pertunjukan TIM yang telah empat kali menghadirkan Maestro Teguh Sukaryo.Resital kali ini terbilang memuaskan.Memuaskan dalam batasan bahwa malam itu Teguh Sukaryo tak hanya bernostalgia dengan Greatest Hits melainkan juga menyisakan permenungan dalam konteks kekinian.

Acara dimulai pukul 20.10,dari jadwal pukul 20.00.Dihadiri oleh orang orang muda usia.Setidaknya ini dapat dimaknai bahwa musik klasik telah membumi jika tak mau dikatakan mendarah dan mendaging,pada sejumlah orang muda di kota seperti Jakarta.Berbalut dalam keberhasilan yang menyemburatkan rasa “memuaskan”,tentu resital ini menyisakan juga beberapa catatan.

Teguh Sukaryo memang bukanlah Barenboim atau Horowitz.Teguh Sukaryo adalah maestro dengan penampilan yang flamboyant dan tebar senyum.Oleh Teguh Sukaryo,Repertoire yang diperdengarkan dalam resital tersebut,bukan saja menjembatani jangkau peradaban antara saat komposisi dibuat dengan manusia masa kini,namun juga berhasil mencungkil konteks budaya asal repertoire untuk lebih membumi.Beberapa karya dimainkan dengan akurasi interpretasi yang sempurna.Saat membawakan Rondo Alla Turca dari Mozart misalnya.Teguh paham betul dimensi manusiawi musik Mozart.Rondo Alla Turca dimainkan dengan ringan,tidak cepat dan sedikit bergenit genit dan manja.Genit dan manja adalah temperamen musikal yang oleh beberapa kritisi ditengarai sebagai ciri khas Mozart.

Traumerei dari Schumann juga dirajut dengan sangat halus.Teguh Sukaryo berhasil merajut lamunan angan yang ngungun mencari asa,se temperamen dengan cirri kompositoris Schumann yang sangat halus.

Fragmen Jaya Suprana juga dimainkan dengan konteks yang memuaskan.Sinkopasi kendhang Jaipong dalam karya Jaya Suprana memunculkan kesan erotisme yang terbalut estetis.Rupanya Teguh Sukaryo paham betul konteks budaya lokal,dan berhasil membumi.
Saat memainkan Marcia Alla Turca dari Beethoven,bagi saya,Teguh terlalu ber manis-manis.Karakter Beethoven yang sangar dan tegas sama sekali tidak nampak.Yang tersirat malahan seperti sebuah undangan dansa.Tapi,itu sah sah saja.Setiap maestro dengan permenungannya memiliki keabsahan untuk memaknai sebuah karya.

Nomor pamungkas adalah La Campanella dari Franz Liszt.Nampak bahwa Teguh Sukaryo sangat menguasai finger dexterity dan mampu mengkontrol potensi anatomi tangan, yang memang sangat diperlukan bagi karya ini.Jikapun ada sedikit “ketidak nyamanan”,adalah akibat dari Grand Piano milik TIM yg nampaknya perlu di voicing ulang.

Resital Greatest Hits oleh Teguh Sukaryo dalam pamornya adalah sebuah napak tilas para composer legendaris.Yang berhasil dikawal dengan memuaskan oleh Teguh Sukaryo.tak lagi semata menebar nostalgia,namun ada rasa kepuasan musikal dan kontekstual.