Monday, October 3, 2011

RESITAL PIANO TEGUH SUKARYO ( TAMAN ISMAIL MARZUKI )


GREATEST HITS – RESITAL PIANO TEGUH SUKARYO ( TAMAN ISMAIL MARZUKI )

Teguh Sukaryo menggelar resital piano pada Jumat 23 September 2011 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta.Resital ini terselenggara sebagai agenda pertunjukan TIM yang telah empat kali menghadirkan Maestro Teguh Sukaryo.Resital kali ini terbilang memuaskan.Memuaskan dalam batasan bahwa malam itu Teguh Sukaryo tak hanya bernostalgia dengan Greatest Hits melainkan juga menyisakan permenungan dalam konteks kekinian.

Acara dimulai pukul 20.10,dari jadwal pukul 20.00.Dihadiri oleh orang orang muda usia.Setidaknya ini dapat dimaknai bahwa musik klasik telah membumi jika tak mau dikatakan mendarah dan mendaging,pada sejumlah orang muda di kota seperti Jakarta.Berbalut dalam keberhasilan yang menyemburatkan rasa “memuaskan”,tentu resital ini menyisakan juga beberapa catatan.

Teguh Sukaryo memang bukanlah Barenboim atau Horowitz.Teguh Sukaryo adalah maestro dengan penampilan yang flamboyant dan tebar senyum.Oleh Teguh Sukaryo,Repertoire yang diperdengarkan dalam resital tersebut,bukan saja menjembatani jangkau peradaban antara saat komposisi dibuat dengan manusia masa kini,namun juga berhasil mencungkil konteks budaya asal repertoire untuk lebih membumi.Beberapa karya dimainkan dengan akurasi interpretasi yang sempurna.Saat membawakan Rondo Alla Turca dari Mozart misalnya.Teguh paham betul dimensi manusiawi musik Mozart.Rondo Alla Turca dimainkan dengan ringan,tidak cepat dan sedikit bergenit genit dan manja.Genit dan manja adalah temperamen musikal yang oleh beberapa kritisi ditengarai sebagai ciri khas Mozart.

Traumerei dari Schumann juga dirajut dengan sangat halus.Teguh Sukaryo berhasil merajut lamunan angan yang ngungun mencari asa,se temperamen dengan cirri kompositoris Schumann yang sangat halus.

Fragmen Jaya Suprana juga dimainkan dengan konteks yang memuaskan.Sinkopasi kendhang Jaipong dalam karya Jaya Suprana memunculkan kesan erotisme yang terbalut estetis.Rupanya Teguh Sukaryo paham betul konteks budaya lokal,dan berhasil membumi.
Saat memainkan Marcia Alla Turca dari Beethoven,bagi saya,Teguh terlalu ber manis-manis.Karakter Beethoven yang sangar dan tegas sama sekali tidak nampak.Yang tersirat malahan seperti sebuah undangan dansa.Tapi,itu sah sah saja.Setiap maestro dengan permenungannya memiliki keabsahan untuk memaknai sebuah karya.

Nomor pamungkas adalah La Campanella dari Franz Liszt.Nampak bahwa Teguh Sukaryo sangat menguasai finger dexterity dan mampu mengkontrol potensi anatomi tangan, yang memang sangat diperlukan bagi karya ini.Jikapun ada sedikit “ketidak nyamanan”,adalah akibat dari Grand Piano milik TIM yg nampaknya perlu di voicing ulang.

Resital Greatest Hits oleh Teguh Sukaryo dalam pamornya adalah sebuah napak tilas para composer legendaris.Yang berhasil dikawal dengan memuaskan oleh Teguh Sukaryo.tak lagi semata menebar nostalgia,namun ada rasa kepuasan musikal dan kontekstual.

No comments:

Post a Comment