Showing posts with label Blog. Show all posts
Showing posts with label Blog. Show all posts

Thursday, March 29, 2012

‎"You can't blame the piano!"



‎                "You can't blame the piano!"

-Sebuah renungan-


Ya, judul diatas sudah menjadi konsep pengajaran para pedagogue terkemuka dan pianist besar terhadap murid2nya. Sebuah pemahaman yang sangat mendisiplin, saya rasa. Yakni bahwa para murid tidak diperbolehkan menyalahkan piano yang dimainkannya. Apapun keadaanya, pianis murid harus selalu fokus kepada persiapan dan permainannya tanpa pernah sesekali mengkambing-hitamkan piano. Kondisi piano yang tidak prima, seperti fales, key lengket, pedal bermasalah, action tidak standard, dll tidak cukup baik untuk menjadi alasan kenapa mereka tidak tampil prima. Sebuah pendisiplinan yang membuat para murid tough dan selalu fokus pada pengembangan diri. Sangatlah baik dan perlu dicontoha.

Bertahun-tahun saya berteman dengan banyak pianis hebat dari berbagai negara seperti diantaranya rusia, cina, eropa dan amerika. Tidak pernah terdengar, barang sekalipun, mereka menyalahkan piano sebagai penyebab performance yang mungkin dianggap kurang baik. "You can't blame the piano!"

Ada sebuah cerita, dimana Schnabel memberi demonstrasi pada upright piano tua sewaktu mengajar murid yang bermain di sebuah concert grand piano. Apa yang terjadi? Suara yang dihasilkan oleh master Schnabel di upright piano tua tersebut jauh lebih indah dibanding suara dari permainan murid pada concert grand. Wah, magickah? Baik ya atau tidak, ini merupakan sebuah kenyataan. Dan tidak sedikit cerita yang sewarna terdengar dimana-mana.

Tekunlah berlatih dan terus mengembangkan diri. 



Renungan

Tidak jarang apa yang kita kuatirkan sewaktu harus tampil didepan orang banyak tidaklah sama dengan harapan para audience terhadap sebuah suguhan seni/musik. Mungkin kita menguatirkan akurasi, memori, kecepatan, tanda dinamika, frasing, atau elemen teknis lainnya yang mati-matian kita garap di sesi-sesi latihan kita. Para audience, disisi lain, memiliki pengharapan berbeda yang jauh lebih sederhana dan manusiawi. Hati kecil mereka memohon: "sentuhlah aku", "buat aku menangis", "hangatkan hatiku", "hiburlah aku", "buat aku tertawa", "buat aku terinspirasi", "buat aku mengerti sesuatu yang baru" dll.

Memang grogi sangatlah wajar dan alami, namun dengan menyadari pengharapan audience yang mana adalah manusia biasa, sama seperti anda dan saya, perasaan grogi ini dapat mulai berkurang, lebih terkontrol, dan yang terpenting: kita dapat kembali pada mindframe yang benar: To touch others, to inspire, and to share beautiful music. Feel free to express, show feelings and emotions, let yourself be vulnerable, let music take you and your audience to its magical zone. Selamat bermusik dan menginspirasi orang banyak.



Teguh sukaryo

Tuesday, January 31, 2012

INSPIRATIONAL WORDS

Pernahkah kita mencoba bermusik namun seolah berasa seperti agak hampa dan cenderung kurang bermakna? Ya, mungkin kita sudah memain semua not yang tertulis di printed page, juga bermain in tempo, bahkan sudah mencoba mengobservasi tanda-tanda dinamika dan phrasingnya dengan baik. Namun terasa masih saja ada yang kurang. Kurang menggigit? Kurang berkomunikasi? Kurang hidup?

Memang, secara intuitif kita semua menyadari bahwa ada perbedaan antara bermain ok dan mendapat nilai akurasi tinggi pada ujian maupun kompetisi, dengan bermain sedemikian rupa sehingga memorable, menyentuh hati dan bahkan seolah berkekuatan sihir. Dalam hal yang kemudian, ada kekuatan persuasiveness yang berkomunikasi langsung di bagian hati kita yang paling dalam. Ketika itu terjadi kita benar-benar sadar tanpa ragu bahwa kita telah tersentuh dengan permainan musik yang kita dengar.

Benar, dalam bermusik kita memerlukan tanduk yang lebih tajam dari sekedar akurasi dan teknik yang handal untuk dapat menusuk hati para pendengar. Tanduk tersebut adalah hati yang sincere, yakni yang berfungsi sebagai bond/emotional connectiveness antara pemusik dan pendengar.

Teguh Sukaryo,

Thursday, January 5, 2012

Teguh Sukaryo Popular Show, # 1 in Classical Music Discoveries

Teguh Sukaryo today became the no.1 show in khedgecock.podomatic.com. Over 693,000 downloads and plays were counted by yesterday. Such a skyrocketed number that Mr. Ken Khedgecock as the administrator on the podomatic remarks on Teguh Sukaryo's facebook, "Congratulations! Your show is now our #1 show! You had over 693,000 downloads and plays yesterday making your show the most popular show we've ever had in our 8 seasons!". Teguh Sukaryo became the most popular performer in 8 seasons!! It's a great news for Indonesian people. If you haven't heard Teguh's show yet, please listen to his show at:
http://khedgecock.podomatic.com/entry/2012-01-02T23_00_00-08_00

Wednesday, December 28, 2011

Akar yang kuat menopang pohon yang besar

Akar yang kuat menopang pohon yang besar” by Mr. Ronald B. Hutasuhut, Desember, 2011
Teguh Sukaryo adalah seorang maestro piano dari Indonesia. Keahlian beliau memainkan instrumen piano mencapai tingkat luar biasa. Permainan piano-nya sudah memukau para peminat musik klasik di banyak negara, termasuk di Eropa dan Asia. Namun demikian, sang maestro tidak larut dalam kebanggaan sendiri. Sementara banyak pianis profesional seolah berlomba membuat album rekaman dengan repertoire yang mengandung skill tingkat tinggi dan populer, maestro Teguh Sukaryo masih menyempatkan diri membuat album rekaman yang menunjukkan dedikasi-nya terhadap dunia pendidikan musik. Teguh Sukaryo membuat sebuah album dengan serangkaian etude yang tingkat kesulitan-nya terbilang sederhana, yakni: karya-karya Etudes op. 100 dan op. 109 karya J. F. Franz Burgmüller (1806-1874), dimainkan oleh sang maestro sendiri, Teguh Sukaryo. Buku partitur karya-karya etude dari Burgmuller ini cukup mudah didapatkan, namun album rekaman karya-karya ini memang masih langka. Komposisi-komposisi etude karya Burgmuller menjadi penting bagi siswa/i kelas piano karena tanpa mengesampingkan nilai estetika musik, karya-karya etude Burgmuller ditulis dengan menampilkan kesederhanaan permainan yang akan cukup mudah diresapi oleh siswa/i kelas piano. Karya-karya tersebut juga mencakup teknik-teknik dasar bermain piano yang penting dan cukup lengkap, teknik-teknik dasar tersebut digunakan berbagai komposer besar di dunia untuk membuat komposisi-komposisi piano yang luar biasa. Dimulai dari cara memahami pembagian konsentrasi terhadap permainan tangan kanan dan kiri, menyelaraskan permainan melodi tangan kanan dan permainan rhytm/bass/melodi pada tangan kiri (harmony), ataupun sebaliknya; teknik penjarian (fingering); teknik permainan cepat (speed); keseimbangan suara yang dihasilkan antara permainan tangan kanan dan kiri (tone balance); dan masih banyak lagi. Untuk lengkapnya, kita dapat memperoleh pengetahuan tersebut di dalam kelas-kelas piano. Karya-karya dalam album ini tidak sebatas hanya menampilkan teknik bermain piano secara ‘teknis’, sang maestro, Teguh Sukaryo, begitu menjiwai setiap karya. Hal ini dapat kita rasakan melalui perasaan dinamika (simbol musik) yang mengalun dengan begitu smooth, penggunaan appogiatura dan permainan stacatto yang sangat luwes, tidak kaku. Sehingga siapapun yang menggunakan album ini dapat mengembangkan permainan piano mereka sekaligus memahami perasaan setiap nada yang dihasilkan, baik untuk dinikmati sendiri maupun untuk berusaha menyajikan estetika musik yang terkandung kepada orang banyak. Latihan membuat kita fasih memainkan instrumen musik, namun hanya dengan Cinta kita dapat memaknai estetika musik tersebut. Anda dapat memperoleh keduanya melalui album ini. Betul-betul merupakan album yang penting dan membanggakan. Demikianlah sebuah akar yang kuat dapat menopang pohon yang besar, tampaknya maestro Teguh Sukaryo ingin menunjukkan bahwa hanya dasar permainan yang baik yang dapat menghasilkan permainan piano yang luar biasa, seperti karya-karya besar yang pernah Teguh Sukaryo mainkan di banyak negara dengan hasil yang memuaskan. Dasar-dasar itu telah diberikan oleh maestro Teguh Sukaryo melalui album ini. Ronald B. Hutasuhut 2011

Monday, November 28, 2011

--Pembelajaran--

Dalam mempelajari sebuah piece, mencoba memainkan piece dari awal adalah baik untuk tahap pertama (sight read). Namun setelah itu apakah masih diperlukan untuk tetap melatih piece tersebut dari awal? Sama sekali tidak. Disinilah letak kesalahan yang memang umum terjadi pada banyak pelajar musik, yakni setiap kali melatih piece yang ditugaskan oleh guru mereka, mereka memulainya dengan bermain dari awal piece. A big mistake! Ini merupakan sumber pembuangan waktu yang berskala monumental, yang seharusnya tidak perlu terjadi. Murid menjadi cepat bosan dengan piece yang dimainkan, selagi piece tersebut masih jauh dari level terkuasai. Bahkan lebih parahnya lagi, murid pun menjadi frustrasi karena bagian-bagian yang susah dari piece yang sedang dilatih TETAP TERASA SUSAH.Kalau begitu dari mana kita harus berlatih? Good question! Why don't we practice the hardest part first, the second hardest second, the third hardest third, etc. And why? The hardest part needs the most time to practice, the second hardest needs the 2nd most time to practice, etc. Plain and simple. Sebelum kita tampil sebagai interpreter, kita harus bisa menguasai semua seksi dari sebuah piece secara KESELURUHAN dan MERATA. Dengan memberi waktu pada latihan kita sejak awal terhadap seksi2 yang paling susah, dan melatihnya secara benar dan sistematis, diharapkan kita mempunyai cukup waktu untuk kemudian menguasainya sebelum tanggal event penting kita, misal ujian, resital maupun kompetisi.Nah, setelah kita semua mengerti, mari kita semua menghentikan kebiasaan buruk kita untuk selalu berlatih dari awal piece. Ada baiknya kita berlatih dengan menggunakan segala kekuatan intelektual (dan hati tentunya) dalam perjalanan kita berlatih menguasai sebuah piece.Selain physical contact with an instrument, one must also analyze the piece mentally (away from the instrument). Study it thoroughly and try to honestly connect our soul with the piece by great master. Selamat berlatih teman-teman semua. Kita semua bisa!Teguh Sukaryo.facebook.