Thursday, March 29, 2012




Renungan

Tidak jarang apa yang kita kuatirkan sewaktu harus tampil didepan orang banyak tidaklah sama dengan harapan para audience terhadap sebuah suguhan seni/musik. Mungkin kita menguatirkan akurasi, memori, kecepatan, tanda dinamika, frasing, atau elemen teknis lainnya yang mati-matian kita garap di sesi-sesi latihan kita. Para audience, disisi lain, memiliki pengharapan berbeda yang jauh lebih sederhana dan manusiawi. Hati kecil mereka memohon: "sentuhlah aku", "buat aku menangis", "hangatkan hatiku", "hiburlah aku", "buat aku tertawa", "buat aku terinspirasi", "buat aku mengerti sesuatu yang baru" dll.

Memang grogi sangatlah wajar dan alami, namun dengan menyadari pengharapan audience yang mana adalah manusia biasa, sama seperti anda dan saya, perasaan grogi ini dapat mulai berkurang, lebih terkontrol, dan yang terpenting: kita dapat kembali pada mindframe yang benar: To touch others, to inspire, and to share beautiful music. Feel free to express, show feelings and emotions, let yourself be vulnerable, let music take you and your audience to its magical zone. Selamat bermusik dan menginspirasi orang banyak.



Teguh sukaryo

Friday, February 3, 2012

Sentuhan Musik Melalui Hati ~ Intervew with Teguh Sukaryo on Radio Nederland Wereldomroep




Oleh:   Yanti Mualim , 25 November 2010

"Musik berpangkal di hati," demikian Teguh Sukaryo, pada Radio Nederland usai konsernya di Belanda Utara. Pianis 35 tahun kelahiran Purwokerto ini sejak 2005 secara teratur mengadakan konser di Belanda. Cukup mencengangkan Belanda Utara bisa mengenal pianis asal Indonesia.
Semua berawal dari perkenalan dua pencinta musik dari Belanda, Anna Buijsman dan Heleen Landolt. Ketika berada di Bali, mereka menyaksikan permainan piano Teguh Sukaryo, dan merasa tertarik pada permainannya.  Mereka pulalah yang mengundang pemusik muda ini tampil di Belanda. Teguh Sukaryo yang telah mengecap pendidikan musik di Australia dan Amerika Serikat, sangat mensyukuri minat dari negeri kincir angin ini.
Apresiasi publikSuhu udara di luar dingin, angin bertiup kencang dan pohon-pohon tak berdaun.  Namun di dalam sebuah gereja kecil bernama Het Groene Kerkje - artinya Gereja Hijau - di desa kecil di Belanda Utara, suasana hangat. Di sanalah publik Belanda bisa menikmati permainan piano Teguh Sukaryo.  Pada konser musim gugur 2010 ini Teguh Karya menghadirkan karya-karya komponis Frederico Mompou, Robert Schumann, Claude Debussy dan Joaquin Turina.
Ketika ditanya apakah apresiasi publik Belanda berbeda dari apresiasi publik di Indonesia, Teguh menjawab:"Sebenarnya musik datang dari hati, yang paaaling dalam. Musik adalah bahasa universal. Untuk audience di mana pun membuka hati, itu kunci utama." 
Usia Mematangkan PemusikApakah permainannya sekarang lebih bagus dari beberapa tahun lalu? "Biarkan orang lain yang menilai," demikian Teguh Sukaryo. Ia sendiri yakin kian bertambah umur, kita kian bertambah kaya. Dengan demikian kian kaya pula cetusan emosinya. Namun bagi dirinya harus ada klik antara dirinya dengan musik itu sendiri.
Bagaimana menghadirkan musik yang baik? "Jujurlah terhadap dirimu sendiri," itulah saran Teguh Sukaryo."Pemusik adalah bagaikan kabel penyambung listrik. Dia mengantarkan apa yang ingin disampaikan oleh komponisnya."

Ingin Dengar? Klik disini <<